ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
a
e* i o u |
api
enak emas itu oleh ulang |
padi
petak kena simpan kota bumi |
lusa
sore tipe murni radio ibu |
Keterangan:
*
|
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (ˊ) dapat
digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
|
Misalnya:
|
|
Anak-anak bermain di teras (téras).
|
|
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank
Indonesia.
|
|
Kami menonton film seri (séri).
|
|
Pertandingan itu berakhir seri.
|
|
Di mana kécap itu dibuat?
|
|
Coba kecap dulu makanan itu.
|
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n,p, q, r, s, t, v, w, x, y,
dan z.
Huruf
Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
b
c d f g h j k l m n p q** r s t v w x** y z |
bahasa
cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni |
sebut
kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim |
adab
- Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Keterangan:
*
|
Huruf k melambangkan bunyi hamzah.
|
**
|
Huruf q dan x khusus dipakai untuk
nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu
(seperti status quo dan sinar x).
|
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
ai
au oi |
ain
aula - |
malaikat
saudara boikot |
pandai
harimau amboi |
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing
masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
kh
ng ny sy |
khusus
ngilu nyata syarat |
akhir
bangun banyak isyarat |
tarikh
senang - arasy |
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
|
|||||||||||||||
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah,
Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan
berangkat."
|
|||||||||||||||
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan
ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata
ganti untuk Tuhan.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||
4.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
|
|
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
|
|||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
|
||
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
|
|||
5.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang
digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
|
|
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
|
|||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
|
||
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
|
|||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau
nama tempat tertentu.
|
||
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
|
|||
6.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur
nama orang.
|
|
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
|||
Catatan:
|
(1)
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti
pada de, van, dan der (dalam nama Belanda),von (dalam
nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
|
|
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
|
||
(2)
|
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai
untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
|
|
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
|
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama
orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
||||||||||
7.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa.
|
||||||||
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
|
||||||||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
|
|||||||||
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
|
||||||||||
8.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, dan hari raya.
|
||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur
nama peristiwa sejarah.
|
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
||||||||||||||||
9.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur
nama diri geografi.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur
nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau
nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
budaya.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
d.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur
geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
e.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
|
||||||||||||||||
10.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur
nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
|
||||||||||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dan nama dokumen resmi.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
|
||||||||||||||||||||||
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf
kapital.
|
||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
|
||||||||||||||||||||||
11.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
|
||||||||||||||||||||||
12.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah,
surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
danuntuk yang tidak terletak pada posisi awal.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain
ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
||||||||||||||||||||||
13.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
||||||
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi,
termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
|
||||||
14.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu,saudara, kakak, adik, dan paman,
yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
|
||||
Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
|
||||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
|
||||||
15.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang
digunakan dalam penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
|
||||||
16.
|
G. Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan
Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat
Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
|
|
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf
miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf
kapital.
|
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas
tangan.
|
||
3.
|
a.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap
anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
|
||
b.
|
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang
akan dicetak miring digarisbawahi.
|
H. Huruf Tebal
1.
|
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul
buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar
pustaka, indeks, dan lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk
keperluan itu digunakan huruf miring.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan
lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan
polisemi.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan
atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
|
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan
...; 3 menganggap kalah ...
terkalahkan v dapat dikalahkan ...
|
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata
yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
|
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
1.
|
a.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
|
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
|
||
b.
|
Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan
pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
|
|
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
|
||
2.
|
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
|
||
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
|
||
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu
|
ditulis serangkai.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
C. Bentuk Ulang
1.
|
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di
antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan
bentuk ulang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
|
||||||||||||||||||||||||||||||
(Lihat keinggris-inggrisan Bab
I, Huruf F, Butir 7.)
|
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk
keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan
Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
|
D. Gabungan Kata
1.
|
Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk
ditulis terpisah.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
2.
|
Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang
|
bersangkutan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis
serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
E. Suku Kata
1.
|
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
|
|
a.
|
Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
|
|
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
|
||
b.
|
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak
dipenggal.
|
|
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
|
||
c.
|
Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya
dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
|
|
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
|
||
d.
|
Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
|
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
|
||||||||||||||||
e.
|
Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau
lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||
2.
|
Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel
dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 2.)
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||
4.
|
Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri
atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya
(tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
|
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab
II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di
bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1.
|
Partikel lah, kah, dan tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
|
|
2.
|
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada
kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum
pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di
tempat itu.
|
|
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap
padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun perempuan ikut
berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat
dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
|
|
3.
|
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau
‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
|
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
|
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1
Januari.
|
|
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis
dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab
II, Huruf I, Butir 7.)
|
H. Singkatan dan Akronim
1.
|
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
a.
|
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
b.
|
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
c.
|
1)
|
Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan
tanda titik.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
2)
|
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf
diakhiri dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||||||||||||||||
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
|
|||||||||||||||||
d.
|
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim
digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
e.
|
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
2.
|
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang
diperlakukan sebagai sebuah kata.
|
||||||||||||||||
a.
|
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda
titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
b.
|
Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa
unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
c.
|
Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua
kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
||||||||||
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya
diperhatikan syarat-syarat berikut.
|
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka
dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
|
1.
|
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
|
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang
setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak
memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
|
|
2.
|
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika
lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat
ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
|
|
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
|
|
3.
|
Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca.
|
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10
triliun.
|
|
4.
|
Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang,
berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||
5.
|
Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
|
||||||||||||||||||||
6.
|
Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
|
||||||||||||||||||||
7.
|
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
|
|||||||||||||||||||
a.
|
Bilangan utuh
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
b.
|
Bilangan pecahan
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Misalnya:
|
||||||||||||
8.
|
Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut.
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
9.
|
Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara
berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 5).
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
10.
|
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan
kuitansi).
|
|||||||||||
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
|
||||||||||||
11.
|
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat.
|
|||||||||||
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan
ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima
ribu dolar).
|
||||||||||||
Catatan:
|
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya)
dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa
singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan
huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi
dengan musuhnya.
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur
akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka atau huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul
1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu
cara berikut.
|
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan
Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai
Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada
lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab
II, Huruf H.)
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus
memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
|
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau
yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang
tinggal di luar kota.
|
|
3.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca
buku.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang
luas.
|
|
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada
siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf
J dan K.)
|
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena
lulus ujian."
|
|
7.
|
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b)
bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
|
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
|
|
9.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia.
Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan
kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk
Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
|
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti
Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
|
|
12.
|
Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai
dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf
F.)
|
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang
laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya
tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat
ijazah.
|
|
14.
|
Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah
baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan
bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
|
|
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara
ini dalam
|
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang
baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di
ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar
menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan
perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan
itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga
ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat
setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda
baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan
kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan
bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program
kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup
atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian
atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan
Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah
kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4.
|
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
|
|||||||||
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta:
Pusat Bahasa
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh
pergantian baris.
|
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang takretak.
|
|
2.
|
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang
mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada
pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.
|
|
3.
|
Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata
ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian
tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau
kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab
sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan
besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau
berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah
Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau
tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
|
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya
akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu
sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku
itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap
Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif"
menarik perhatian peserta seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang
kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang
terdapat di dalam petikan lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku,
'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau
ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata
atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung,
Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu
bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk
(KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
|
|
2.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang
memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b)
biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
|
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka
atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
Dia senang dengan mata pelajaran
|
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat
yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan
itu memang terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh
pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor
pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap,
dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk
membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan
naskah.
|
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '08
|
('08 = 1988)
|
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari
pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de
l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua,
unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah
sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr
|
asar
|
sa'ah
|
saat
|
manfa'ah
|
manfaat
|
' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra'yah
|
rakyat
|
ma'na
|
makna
|
ruku'
|
rukuk
|
aa (Belanda) menjadi a
paal
|
pal
|
baal
|
bal
|
octaaf
|
oktaf
|
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe
|
aerob
|
aerodinamics
|
aerodinamika
|
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
|
hemoglobin
|
haematite
|
hematit
|
ai tetap ai
trailer
|
trailer
|
caisson
|
kaison
|
au tetap au
audiogram
|
audiogram
|
autotroph
|
autotrof
|
tautomer
|
tautomer
|
hydraulic
|
hidraulik
|
caustic
|
kaustik
|
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel
|
kalomel
|
construction
|
konstruksi
|
cubic
|
kubik
|
coup
|
kup
|
classification
|
klasifikasi
|
crystal
|
kristal
|
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central
|
sentral
|
cent
|
sen
|
cybernetics
|
sibernetika
|
circulation
|
sirkulasi
|
cylinder
|
silinder
|
coelom
|
selom
|
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation
|
akomodasi
|
acculturation
|
akulturasi
|
acclimatization
|
aklimatisasi
|
accumulation
|
akumulasi
|
acclamation
|
aklamasi
|
cc di muka e dan i menjadi ks
accent
|
aksen
|
accessory
|
aksesori
|
vaccine
|
vaksin
|
cch dan ch di muka a, o, dan
konsonan menjadi k
saccharin
|
sakarin
|
charisma
|
karisma
|
cholera
|
kolera
|
chromosome
|
kromosom
|
technique
|
teknik
|
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
|
eselon
|
machine
|
mesin
|
ch yang lafalnya c menjadi c
chip
|
cip
|
voucher
|
vocer
|
China
|
Cina
|
ck menjadi k
check
|
cek
|
ticket
|
tiket
|
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda
|
sabda
|
çastra
|
sastra
|
d (Arab) menjadi d
darurat
|
darurat
|
fardu
|
fardu
|
hadir
|
hadir
|
e tetap e
effect
|
efek
|
description
|
deskripsi
|
synthesis
|
sintesis
|
ea tetap ea
idealist
|
idealis
|
habeas
|
habeas
|
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer
|
stratosfer
|
systeem
|
sistem
|
ei tetap ei
eicosane
|
eikosan
|
eidetic
|
eidetik
|
einsteinium
|
einsteinium
|
eo tetap eo
stereo
|
stereo
|
geometry
|
geometri
|
zeolite
|
zeolit
|
eu tetap eu
neutron
|
neutron
|
eugenol
|
eugenol
|
europium
|
europium
|
f (Arab) menjadi f
faqīr
|
fakir
|
mafhum
|
mafhum
|
saf
|
saf
|
f tetap f
fanatic
|
fanatik
|
factor
|
faktor
|
fossil
|
fosil
|
gh menjadi g
sorghum
|
sorgum
|
gue menjadi ge
igue
|
ige
|
gigue
|
gige
|
h (Arab) menjadi h
hakim
|
hakim
|
tahmid
|
tahmid
|
ruh
|
roh
|
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus
|
iambus
|
ion
|
ion
|
iota
|
iota
|
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek
|
politik
|
riem
|
rim
|
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety
|
varietas
|
patient
|
pasien
|
efficient
|
efisien
|
kh (Arab) tetap kh
khusus
|
khusus
|
akhir
|
akhir
|
ng tetap ng
contingent
|
kontingen
|
congres
|
kongres
|
linguistics
|
linguistik
|
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen
|
estrogen
|
oenology
|
enologi
|
foetus
|
fetus
|
oo (Belanda) menjadi o
komfoor
|
kompor
|
provoost
|
provos
|
oo (Inggris) menjadi u
cartoon
|
kartun
|
proof
|
pruf
|
pool
|
pul
|
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology
|
zoologi
|
coordination
|
koordinasi
|
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur
|
gubernur
|
coupon
|
kupon
|
contour
|
kontur
|
ph menjadi f
phase
|
fase
|
physiology
|
fisiologi
|
spectograph
|
spektograf
|
ps tetap ps
pseudo
|
pseudo
|
psychiatry
|
psikiatri
|
psychic
|
psikis
|
psychosomatic
|
psikosomatik
|
pt tetap pt
pterosaur
|
pterosaur
|
pteridology
|
pteridologi
|
ptyalin
|
ptialin
|
q menjadi k
aquarium
|
akuarium
|
frequency
|
frekuensi
|
equator
|
ekuator
|
q (Arab) menjadi k
qalbu
|
kalbu
|
haqiqah
|
hakikah
|
haqq
|
hak
|
rh menjadi r
rhapsody
|
rapsodi
|
rhombus
|
rombus
|
rhythm
|
ritme
|
rhetoric
|
retorika
|
s (Arab) menjadi s
salj
|
salju
|
asiri
|
asiri
|
hadis
|
hadis
|
s (Arab) menjadi s
subh
|
subuh
|
musibah
|
musibah
|
khusus
|
khusus
|
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium
|
skandium
|
scotopia
|
skotopia
|
scutella
|
skutela
|
sclerosis
|
sklerosis
|
scriptie
|
skripsi
|
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography
|
senografi
|
scintillation
|
sintilasi
|
scyphistoma
|
sifistoma
|
sch di muka vokal menjadi sk
schema
|
skema
|
schizophrenia
|
skizofrenia
|
scholasticism
|
skolastisisme
|
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio
|
rasio
|
actie
|
aksi
|
patient
|
pasien
|
t (Arab) menjadi t
ta'ah
|
taat
|
mutlaq
|
mutlak
|
Lut
|
Lut
|
th menjadi t
theocracy
|
teokrasi
|
orthography
|
ortografi
|
thiopental
|
tiopental
|
thrombosis
|
trombosis
|
methode (Belanda)
|
metode
|
u tetap u
unit
|
unit
|
nucleolus
|
nukleolus
|
structure
|
struktur
|
institute
|
institut
|
ua tetap ua
dualisme
|
dualisme
|
aquarium
|
akuarium
|
ue tetap ue
suede
|
sued
|
duet
|
duet
|
ui tetap ui
equinox
|
ekuinoks
|
conduite
|
konduite
|
uo tetap uo
fluorescein
|
fluoresein
|
quorum
|
kuorum
|
quota
|
kuota
|
uu menjadi u
prematuur
|
prematur
|
vacuum
|
vakum
|
v tetap v
vitamin
|
vitamin
|
television
|
televisi
|
cavalry
|
kavaleri
|
w (Arab) tetap w
jadwal
|
jadwal
|
marwa
|
marwa
|
taqwa
|
takwa
|
x pada awal kata tetap x
xanthate
|
xantat
|
xenon
|
xenon
|
xylophone
|
xilofon
|
x pada posisi lain menjadi ks
executive
|
eksekutif
|
taxi
|
taksi
|
exudation
|
eksudasi
|
latex
|
lateks
|
xc di muka e dan i menjadi ks
exception
|
eksepsi
|
excess
|
ekses
|
excision
|
eksisi
|
excitation
|
eksitasi
|
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation
|
ekskavasi
|
excommunication
|
ekskomunikasi
|
excursive
|
ekskursif
|
exclusive
|
eksklusif
|
y tetap y jika lafalnya y
yakitori
|
yakitori
|
yangonin
|
yangonin
|
yen
|
yen
|
yuan
|
yuan
|
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium
|
itrium
|
dynamo
|
dinamo
|
propyl
|
propil
|
psychology
|
psikologi
|
z tetap z
zenith
|
zenit
|
zirconium
|
zirkonium
|
zodiac
|
zodiak
|
zygote
|
zigot
|
z (Arab) menjadi z
zalim
|
zalim
|
hafiz
|
hafiz
|
Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat
membingungkan.
Misalnya:
gabbro
|
gabro
|
accu
|
aki
|
effect
|
efek
|
commission
|
komisi
|
ferrum
|
ferum
|
salfeggio
|
salfegio
|
ummat
|
umat
|
tammat
|
tamat
|
Tetapi:
mass
|
massa
|
Catatan:
1.
|
Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan
bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah.
|
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
|
|
2.
|
Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima
sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu
diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu
dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan
istilah khusus.
|
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut
di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta
penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata
yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap
secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
|
-age menjadi -ase
|
|||||||||||
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda)
menjadi -al
|
|||||||||||
-ant menjadi -an
|
|||||||||||
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
|
|||||||||||
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
|
|||||||||||
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
|
|||||||||||
-eel (Belanda) menjadi -el
|
|||||||||||
-ein tetap -ein
|
|||||||||||
-i (Arab) tetap -i
|
|||||||||||
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda)
menjadi -ik, -ika
|
|||||||||||
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
|
|||||||||||
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
|
|
|||||||||
-ile, -iel menjadi -il
|
|||||||||
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
|
|||||||||
-ist menjadi -is
|
|||||||||
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
|
|||||||||
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
|
|||||||||
-logue menjadi -log
|
|||||||||
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
|
|||||||||
-loog (Belanda) menjadi -log
|
|||||||||
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
|
|||||||||
-oir(e) menjadi -oar
|
|||||||||
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
|
|||||||||
-or tetap -or
|
|||||||||
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
|
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
|